Transformasi Santri Menjawab Mandat Ekoteologi dan Ekonomi Umat

Para santri saat Apel Hari Santri 2025 di halaman Kantor Kementerian Agama, Rabu (22/10/2025). (dok/kemenag.go.id)

Hari ini, Hari Santri Nasional 2025 kembali diperingati dengan mengusung tema agung “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Momentum tahunan ini menjadi titik tolok strategis untuk memproyeksikan peran santri dalam menjawab tantangan global saat ini.

Pidato Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar saat membuka rangkaian Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, pada 22 September 2025, secara eksplisit memberikan mandat ganda yang harus diemban oleh komunitas pesantren. Yakni gerakan ekoteologi dan pemberdayaan ekonomi umat.

Menurut Menag, ekoteologi melampaui ranah wacana. Ia adalah praktik nyata yang dapat diterapkan oleh pesantren melalui langkah-langkah spesifik seperti inisiatif penghijauan, efisiensi penggunaan energi, dan penyesuaian pola konsumsi agar ramah lingkungan. Tindakan-tindakan ini dinilai sebagai bentuk nyata dari ibadah ekologis dalam Islam. Seluruhnya itu merupakan aktualisasi Ekonomi Hijau.

Mandat ini menandai pergeseran fokus, di mana praktik keagamaan harus diterjemahkan langsung ke dalam aksi sosial dan ekonomi. Menag menegaskan bahwa ibadah dan ketaatan spiritual sangat terkait erat dengan relasi santri terhadap alam.

“Semakin baik relasi kita dengan alam, semakin tenang kita menjalani peran sebagai khalifah dan hamba Allah,” kata Nasaruddin dikutip dari kemenag.go.id.

Selain aspek ekologis, Menag juga memperkuat narasi kemandirian pesantren. Kemandirian ini kini harus diarahkan pada skala yang lebih besa yakni pemberdayaan ekonomi umat. Menag menyoroti potensi besar dari instrumen ekonomi syariah, seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, kurban, hingga fidyah, yang disebutnya sebagai pundi-pundi umat yang harus dikelola secara optimal.

Penekanan pada optimalisasi pundi-pundi umat ini memiliki tujuan yang jelas dan berkeadilan, yaitu untuk “membebaskan umat dari kemiskinan.”

Oleh karena itu, Menag menyimpulkan bahwa peran santri telah meluas. Ia menyebut, santri bukan hanya sebagai penjaga moral bangsa, tetapi juga motor ekonomi umat. Hal ini adalah tuntutan agar santri tidak hanya menguasai ilmu ubudiyah (ibadah), tetapi juga muamalah (transaksi ekonomi) dengan orientasi keadilan dan kesejahteraan umat.

Melihat mandat ganda yang begitu jelas dari Menteri Agama, memangnya apa saja peluang transformasi yang bisa dilakukan santri dalam rangka menuju visi Indonesia Maju?

Apa Saja Peluangnya?

Dari pertanyaan di atas, jawabannya terletak pada sinergi antara ekoteologi dan kemandirian ekonomi, yang menghasilkan peluang green job, keadilan distribusi modal syariah, dan penguatan kelembagaan pesantren sebagai lokomotif kemandirian.

Lantas, lewat apa saja santri bisa berkontribusi? Berikut penjelasannya.

1. Pelopor Green Job dan Eco-Preneur

Peluang ini berakar pada penekanan Menag mengenai Ekoteologi dan larangan “mengeksploitasi alam melampaui daya dukungnya.”

Santri dapat bertransformasi dari konsumen menjadi produsen dan inovator yang berfokus pada keberlanjutan. Mereka dapat mengembangkan unit bisnis berbasis lingkungan (green job) seperti pertanian berkelanjutan, mengubah lahan pesantren menjadi sentra pertanian organik, hidroponik, atau agrowisata edukatif.

Bisa juga lewat energi mandiri. Santri bisa menilik peluang menjadi teknisi atau operator unit biogas dari limbah atau instalasi panel surya untuk gaya hidup hemat energi.

Ketiga, kegiatan ekonomi sirkular. Santri bisa mempunyai kesadaran dan keterampilan mengelola sampah pesantren. Misalnya melalui bank sampah untuk diolah menjadi kompos atau produk daur ulang, sejalan dengan perintah agar pesantren “tidak boleh jorok, tapi harus indah.”

Peluang itu juga selaras dengan arah Indonesia yang tengah bergerak menuju ekonomi sirkular melalui kebijakan yang terintegrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dengan fokus pada pembangunan rendah karbon dan pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

2. Menggerakkan Kesejahteraan Sosial melalui Keuangan Syariah

Peluang ini muncul dari penekanan Menag pada potensi besar pundi-pundi umat (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, Kurban, Fidyah). Santri memiliki potensi besar untuk menjadi manajer atau pengelola dana umat dengan mengoptimalkan pundi-pundi ini agar tidak sekadar menjadi bantuan konsumtif, tetapi menjadi modal produktif yang berputar di komunitas.

Aksi nyata yang bisa dilakukan, menggunakan dana wakaf untuk membeli aset produktif hijau seperti lahan pertanian organik, mengelola dana zakat sebagai modal kerja rolling bagi UMKM masyarakat sekitar.

Dengan begitu, ada kontribusi untuk Indonesia Maju. Santri menjadi motor ekonomi umat yang efektif, yang dapat membebaskan umat dari kemiskinan melalui distribusi modal yang adil dan transparan. Misi ini juga selaras dengan prinsip ekonomiberkeadilan yang vital bagi kemajuan bangsa.

3. Agen Moralitas dan Kedamaian

Peluang ini juga selaras dengan apa yang disampaikan Menag Nasaruddin. Menag menyampaikan tentang relasi spiritual santri dengan alam saat membahas tentang ekoteologi.

“Semakin baik relasi kita dengan alam, semakin tenang kita menjalani peran sebagai khalifah dan hamba Allah,” kata Menag.

Dalam konteks tersebut, santri membawa nilai-nilai spiritual ke dalam praktik ekonomi. Mereka tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga keberkahan. Etika ini membuat santri berpeluang besar menjadi mitra bisnis yang dipercaya karena komitmen menjunjung tinggi kejujuran (akhlak) dan tanggung jawab.

Di tengah tantangan korupsi dan eksploitasi, peran santri yang menyayangi lingkungan hidup dan berpegang pada ajaran agama memberikan modal sosial kepercayaan yang sangat dibutuhkan untuk membangun iklim investasi dan bisnis yang sehat.

4. Kelembagaan Berbasis Kemandirian

Peluang ini didukung oleh penegasan Nasaruddin bahwa pesantren telah terbiasa mandiri dan tidak bergantung pada banyak pihak. Dengan adanya dukungan legal dan rencana unit kerja eselon I khusus pesantren, maka santri dapat memanfaatkan kelembagaan mereka sebagai social and economic hub yang diakui negara.

Mereka dapat membentuk jaringan Kopontren yang kuat, saling bersinergi dalam pengadaan barang/jasa, dan mendirikan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) yang legal. Dengan begitu, pesantren bertransformasi dari lembaga pendidikan menjadi kekuatan ekonomi sipil yang terstruktur, mandiri, dan mampu berkontribusi pada PDB nasional, sekaligus menjadi model ketahanan ekonomi komunal.

Menarik untuk dibaca

Peluru Mencerdaskan Kehidupan Bangsa: Dari Uang Korupsi Jadi Beasiswa LPDP

“LPDP akan saya tambahkan. Uang hasil efisiensi dan uang dari koruptor-koruptor itu, sebagian besar akan kita investasikan untuk masa depan.” Di tengah berbagai tantangan bangsa,…

Transformasi Santri Menjawab Mandat Ekoteologi dan Ekonomi Umat

Hari ini, Hari Santri Nasional 2025 kembali diperingati dengan mengusung tema agung “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Momentum tahunan ini menjadi titik tolok strategis…

Langkah Berani Mengubah Wajah Pertanian Indonesia

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, harga pupuk nasional turun hingga 20 persen tanpa tambahan anggaran negara. Langkah berani ini menandai dimulainya “Revolusi Pupuk Nasional”, sebuah…

Rp13 Triliun Diselamatkan dari Kasus CPO, Bagaimana Jika untuk Membangun Indonesia?

Bayangkan, Rp13 triliun. Angka yang mungkin sulit dibayangkan, tetapi mari kita turunkan ke hal yang sederhana. Dengan jumlah itu, bangsa ini bisa merenovasi lebih dari…

Data Desa Presisi Jadi Fondasi Kopdes Merah Putih Tepat Sasaran

Pengelolaan koperasi kini tidak lagi cukup hanya berlandaskan asas kekeluargaan dan musyawarah, tetapi wajib berbasis Data Desa Presisi (DDP) yang aktual. DDP memastikan dan menjamin…

Strategi Bertahan Cerdas, Begini Cara Mengelola Job Hugging

Beberapa tahun lalu, dunia kerja diramaikan oleh fenomena job hopping, yaitu kebiasaan berpindah-pindah pekerjaan demi gaji dan posisi yang lebih baik. Kini, muncul tren yang…

Dorong Diplomasi Gastronomi, Indonesia Siapkan Guru Kuliner Berstandar Internasional

Indonesia memiliki harta karun kuliner yang tak tertandingi. Dari pedasnya Rendang hingga kaya rempahnya Sate Lilit. Namun, untuk mengubah kekayaan rasa ini menjadi kekuatan ekonomi…

Indonesia Siap Buka Jalan Karier bagi Lulusan Baru

Hingga 19 Oktober 2025, Program Magang Lulusan Perguruan Tinggi (Magang Bergaji) melalui platform Magang Hub telah mencatat 1.668 perusahaan yang siap membuka peluang, dengan 349.601…

Presiden Prabowo Beri 3 Arahan Penting, Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas bersama jajaran kabinet Merah Putih di Kertanegara, Jakarta, Kamis (16/10/2025), dan memberikan tiga arahan strategis. Secara garis besar, Presiden…

3 Cara Koperasi dan Anak Muda Gerakkan Ekonomi Hijau

Daftar Isi1. Adopsi Teknologi Hijau & Inovasi Produksi Bersih2. Tata Kelola yang Baik & Dukungan Pemerintah3. Model Inklusi Sosial & Kekuatan Komunitas1. Jadi inovator dan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *