Kabar membanggakan datang dari Dublin, Irlandia. Staf Khusus Menteri Agama Republik Indonesia, Gugun Gumilar, resmi meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dari Dublin City University pada Rabu (22/10/2025).
Melalui tesis berjudul “Pancasila and Interreligious Dialogue: Challenges and Opportunities”, Gugun tak hanya mengharumkan nama Indonesia di kancah akademik internasional, tetapi juga dinobatkan sebagai wisudawan terbaik program doktoral di universitas tersebut.
Gugun sebenarnya sudah dinyatakan lulus program doktoral pada program studi Filsafat dan Teologi sejak dua tahun lalu di Dublin City University. Tetapi pria yang juga meraih Master of Art bidang Kajian Agama di Hartford Seminary, Amerika Serikat ini baru mengikuti wisuda pada Rabu.
“Alhamdulillah, saya hari ini mengikuti proses wisuda di kampus Dublin City University (DCU) Dublin. Alhamdulillah, saya menjadi lulusan terbaik dan meraih IPK Cumlaude, ” kata Gugun, Kamis (23/10/2025).
Stafsus Menag bidang Kerjasama Luar Negeri, Kerukunan, Pelayanan Agama dan Pengawasan itu berhasil menyelesaikan pendidikan S3 dengan beasiswa full dari kampus Dublin City University selama lima tahun sejak 2018-2023. Ia mengaku bangga atas pencapaiannya tersebut.
“I can honestly say that doing a PHD was the best thing i’ve done for my self (Saya bisa katakan dengan jujur bahwa meraih gelar PhD adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan bagi saya sendiri),” tulis Gugun dalam takarir unggahan di akun Instagramnya.
Semasa kuliah, Gugun juga sempat mengajar Bahasa Indonesia, Studi Agama, sekaligus Duta Intercultural di kampus Dublin City University. Dia diketahui menyelesaikan pendidikan sarjana di UIN Sunan Gunung Jati, Bandung pada 2011.
Gugun berkomitmen ilmu yang dia dapatkan di bangku kuliah akan dibagikan kepada para politisi untuk membantu mereka merawat dialog antaragama di Indonesia.
“I want to take part of the changes and continue to making decisions that will impact my nation (Saya mau ambil bagian dalam perubahan dan terus membuat keputusan yang berdampak pada bangsa,” ujar Gugun yang juga pendiri Institute of Democracy and Education Indonesia itu.
Pernyataan itu mencerminkan tekad Gugun untuk menjadikan ilmu bukan sekadar pencapaian pribadi, melainkan alat transformasi sosial dan politik. Melalui pengetahuannya tentang Pancasila dan dialog antaragama, ia ingin mendorong lahirnya kebijakan publik yang berakar pada nilai toleransi dan kemanusiaan. Inilah kontribusi nyata anak bangsa dari ruang akademik dunia untuk masa depan harmoni Indonesia.
Leave a Reply